Tidak ada kategori

Tak ada peradaban dimanapun yang tak meninggalkan jejak, dan jejak dianggap paling maju adalah peradaban berbasis aksara. Tradisi menulis di Indonesia belum bisa menggeser tradisi lisan yang telah mengakar. Buku ini ditulis oleh mereka yang menjadi penggerak literasi, pegiat TBM, yang resah terhadap buruknya kualitas SDM di sekitar tempat tinggal mereka. Mereka mulai menginisiasi gerakan pemberdayaan masyarakat dengan pintu masuk gerakan literasi. Pengalaman dalam pengembangkan TBM di PKBM dikupas; sebuah pengalaman yang inspiratif, yang dilalui dengan ceria dan riang gembira untuk mewujudkan generasi masyarakat yang dasyat. Ada dua belas (12) karya dari dua belas (12) pegiat TBM, yaitu: Capacity building TBM di PKBM (Muhsin Kalida); Mengaktifkan TBM di PKBM (Heni Wardatur Rohmah); Pengolahan bahan pustaka TBM di PKBM (Moh. Mursyid); Membina generasi insan mandiri lewat PKBM (Bigi Pangestuti); Berbagi ilmu di Luru Ilmu (Erna Yuliati Puspitswati); Memekarjan minat baca masyarakat Karangmojo Gunung Kidul (Sri Suhartini); Makarti: Bekerja untuk mencerdaskan budi pekerti (Gandung Sunarto); Karya Manunggal: Memimpikan masyarakat membaca sepanjang hayat (Suprihatin); Reksonegaran: Menyegarkan literasi di tengah kota (Sudarmaji); Omah Pasinaon: Tempat belajar dan bermain berbasis budaya local (Dyah Nurhayati); Surya Mandiri: Berjuang demi pendidikan masyarakat (Rahman Afriyanto); dan Budaya baca Rumah Singgah Anak Mandiri (Christanti Widyaningsih).