Tidak ada kategori

Yana Sumarna. 2014. Budi Daya dan Bisnis Gaharu. Jakarta: Penebar Swadaya. Klasifikasi: 633.8 Sum B1. Kata kunci: gaharu, perkebunan. ISBN: 978979-002-600-1 Gaharu berasal dari kata dalam bahasa Sansekerta yaitu aguru yang berarti kayu berat (tenggelam), pertama kali ditemukan pada abad ke 7 oleh masyarakat di wilayah Assam (India). Sedangkan di Indonesia mulai dikenal oleh masyarakat sekitar abad ke 12 dengan adanya kegiatan barter anatara masyarakat Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat dengan para pedagang dari dataran Cina, Kwang Tung. Gaharu diperoleh masyarakat dengan memanfaatkan pohon-pohon produksi yang telah mati secara alami. Bentuk produknya berupa gumpalan, serpihan kayu atau bubukan. Dalam produk gaharu, terdapat enam komponen kimia yang penting diberbagai bidang. Komponen yang sangat berguna dalam pemanfaatan untuk berbagai tujuan adalah furanol sesquiterpene yang berguna sebagai bahan parfum, kosmetika, dan obat herbal yang terdiri atas alfa agarofuran, beta agarofuran, agarospirol, dan chromone. Komponen itulah yang berfungsi sebagai pembentuk aroma keharuman gaharu. Sedangkan dari produk minyak asiri mengandung komponen kimia berupa sesquiterpenoida, endemana, dan valencana. Dengan berkembangnya nilai ekonomis gaharu yang semakin kompleks baik sebagai bahan industri wewangian (parfum), kosmetik maupun obat herbal mengakibatkan permintaan pasar produk gaharu dari berbagai negara industri semakin meningkat dengan harga jual yang tinggi. Hal ini perlu diantisipasi sebagai suatu peluang positif dalam memperoleh pendapatan bagi masyarakat serta devisa bagi negara.