Pada jaman dahulu kala di suatu desa di Jawa Tengah, hiduplah sepasang suami istri petani. Hingga berusia lanjut, mereka belum juga dikaruniai seoang anak. Mereka tak putus berdoa agar dikaruniai seorang anak. Suatu hari sepasang suami istri itu bersemedi di gua, memohon karunia seorang anak. Rupanya doa mereka di dengar oleh raksasa Buto Ijo penghuni gua tersebut. Buto Ijo bersedia memberikan mereka anak, tapi dengan satu syarat. Jika anak itu nanti telah beranjak dewasa, mereka harus mau menyerahkannya pada Buto Ijo sebagai santapannya. Tanpa pikir panjang, mereka menyanggupi syarat itu. Tak lama kemudian suami istri itu mendapatkan seorang anak perempuan di dalam buah mentimun raksasa. Mereka memberinya nama Timun Mas. Timun Mas tumbuh menjadi seorang gadis cantik dan berbakti pada orang tua. Orang tua Timun Mas tidak rela menyerahkan anaknya untuk santapan Buto Ijo. Buto Ijo sangat marah dan mengejar Timun Mas untuk dimangsa. Sebelum lari meninggalkan rumahnya, Timun Mas dibekali kantung ajaib oleh ibunya. Ketika Buto Ijo hampir menangkapnya, Timun Mas mengambil segenggam garam dari kantung itu dan mel;emparkannya ke arah Buto Ijo. Butiran garam itu berubah menjadi lautan. Setelah berhasil menyeberangi lautan, Buto Ijo kembali mengejar. Timun Mas kembali mengambil segenggam cabai dari kantong dan menebarkannya. Cabai itu berubah menjadi pohon dan ranting berduri tajam. Raksasa kesakitan karena tertusuk duri, namun tetap berlari mengejar Timun Mas. Timun Mas kembali menebarkan segenggam biji mentimun yang segera berubah menjadi lading mentimun berbuah lebat. Raksasa yang kelelahan dengan rakus menghabiskan semua mentimun di ladang itu kemudian kembali mengejar Timun Mas. Ketika hampir tertangkap, Timun Mas melemparkan segenggam terasi udang yang segera berubah menjadi kubangan lumpur hisap. Raksasa terhisap lumpur itu dan mati tenggelam. Timun mas kembali pulang dan bertemu dengan kedua orang tuanya.